KHALIFAH PERDAMAIAN YANG MENCINTAI DAN DICINTAI

بسم الله الر حمن الر حيم   نحمده و نصلى على رسوله الكريم   و على عبده المسيح الموعود

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
أشْهَدُ أنْ لا إله إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيك لَهُ ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أما بعد

KHALIFAH PERDAMAIAN YANG MENCINTAI DAN DICINTAI

Khalifah merupakan sosok dan wakil Allah Ta’ala di dunia ini. Kehadirannya sangat dinanti, dirindukan dan dicintai; MENGAPA ? Karena Ia begitu inspiratif menuntun insan kejalan Ilahi, membawa ketentraman Qalbu-kedamaian jiwa yang otomatis akan menciptakan rasa cinta. Jika cinta sudah dimiliki maka semua tujuan, harapan, impian, insya Allah akan terwujud, melahirkan persatuan-kesatuan atau Jamaah [dalam bahasa Arab],

Sedikit memahami kata cinta, ‘Cinta adalah suatu emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan, Dalam konteks filosofi merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, adalah sebuah aksi aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut’.

Khilafat dan Khalifah adalah lembaga dan pemimpin Islam yang ditunjuk oleh Ilahi, suatu wadah dan karunia yang sangat besar guna persatuan umat Islam serta merupakan inti pokok penting. Sehingga tentang hal ini telah dibahas dalam kitab Suci Al-Qur’an surah An-Nur, 24:55 dan dijelaskan didalam hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadits Musnad Ahmad menjelaskan “Khilaafah ‘alaa minhaajin-Nubuwwah” terjadi dua kali. Era ini didahulu kedatangan Isa kedua, Imam Mahdi wa Masih Mau’ud. Pengikut Muslim Ahmadiyah percaya dan meyakini bahwa wujud itu adalah Pendiri Jemaat Ahmadiyah yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ‘alaihi wa sallam. Setelah Wafat diteruskah oleh penggantinya, dikenal dengan Khalifatul Masih.

Masih Mau’ud mengatakan: ”Khalifah berarti penerus dan penerus hakiki dari seorang Nabi tiada lain adalah Khalifah-khalifah, yang didalam diri mereka secara bayangan memiliki kemampuan sepadan dengannya, Secara bayangan pun perlu adanya wujud rohani supaya keberkatannya sehingga Hari Kiamat.”

Kecintaan antara Khalifah dan Ahmadi murni dan tulus, cinta yang melampaui batas suku, etnis, negara, dan politik. Ini adalah cinta yang luar biasa, bisa dikatakan keajaiban Tuhan. Banyak sekali contoh akan hal ini, menginspirasi kita semua.

Diantaranya dikisahkan; Suatu ketika, ketika Hadhrat Hakim Nurddin radhiyallahu ‘anhu tidak sehat, anggota Jemaat berdoa dengan sungguh-sungguh untuk Hudhur, yang benar-benar mencerminkan rasa sakit dan kesedihan yang dirasakan seorang anak terhadap ibunya yang sakit.

Sebagai contoh dikatakan; Syed Iradat Hussain, “Ya Allah, saya mohon, ambillah dua tahun dari hidup saya sendiri dan berikan kepada Hudhur sebagai gantinya.”

Dan Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad radhiyallahu ‘anhu mengatakan Sebagai seorang anak yang tidak tahan berada jauh dari ibunya, para Ahmadi juga merasakan sakitnya berada jauh dari kekasihnya.

Lalu Hadhrat Mirza Nasir Ahmad Masih III rahmatullahu alahi pernah berkata: “Saya berdoa selama sujud, ‘Ya Tuhan, untuk menghormati mereka yang telah menulis kepada saya, tolong bebaskan mereka dari kecemasan, penyakit atau kekhawatiran ujian mereka. Orang yang ingin menulis kepada saya tetapi tidak bisa, tolong berikan belas kasihan-Mu kepada mereka. Tolong tunjukkan Belas kasihan pada mereka yang menolak atau malas. ‘ Saya mengucapkan doa ini karena saya memiliki hubungan dengan semua orang dan jauh di lubuk hati saya terletak cinta dan kasih sayang untuk semua. ” Kemudian Hadhrat Mirza Tahir Ahmad rahmatullahu alahi, Sehari sebelum bermigrasi ke London tahun 1984, Beliau mengatakan kepada anggota Jemaat di Masjid Mubarak, Rabwah: “Saya belum mengumpulkan untuk menyapa Anda dengan pidato resmi. Aku hanya ingin melihatmu, karena mataku mendingin dan hatiku terhibur dengan melihatmu. Demi Allah, aku mencintaimu lebih dari seorang ibu yang mencintai anaknya sendiri. ”

Begitu pula Hadhrat Mirza Masroor Ahmad ayyadahullahu Ta’ala bi nashrihil ‘aziz Dalam Khutbah Jum’at 6 Juni 2014, menyatakan: “Sebelum tidur di malam hari, tidak ada negara di dunia yang tidak saya kunjungi dalam imajinasi saya dan tidak ada Ahmadi yang tidak saya do’a-kan saat tidur dan saat terjaga.” Jadi seperti Khalifah-khalifah sebelumnya, Beliau sangat mencintai dan dicintai oleh pengikut Muslim Ahmadiyah dan non Ahmadiyah karena penebar perdamaian. Artinya cinta khalifah bersifat universal dan tidak eksklusif untuk Ahmadi

Seorang jurnalis berbahasa Perancis dari Benin pernah berkata kepada Hudhur, “Selama saya berada disini [Jalsah Inggris] saya telah melihat bahwa Ahmadi sangat mencintai Anda. Mereka tidak menyembah Anda, tetapi hati mereka dipenuhi dengan cinta untuk Khalifah dan dengan cara yang sama tampaknya Anda dengan tulus mencintai setiap Ahmadi dan Anda memiliki hubungan pribadi dengan mereka. “Sebagai balasan, Hudhur berkata: “Ini adalah tanda kebenaran Ahmadiyah, di mana ada ikatan spiritual cinta yang abadi antara Khalifah dan Ahmadiyah… hubungan dan keterikatan ini wajar dan telah ditanamkan dalam hati Muslim Ahmadi oleh Allah Ta’ala.

Sungguh, cinta yang diungkapkan oleh Ahmadi untuk Khalifah hanyalah tetesan menguap dari lautan cinta. Melalui berkat dan rahmat-Nya, Allah Ta’ala telah mengikat hati kita dan mempersatukan kita dalam cinta sebagai nikmat dari-Nya.
Imam kita yang terkasih, sangat luar biasa kecintannya kepada kita semua, kecintaan dari Khalifatul Masih kesatu hingga kelima begitu tinggi memiliki cinta yang sangat besar. Cinta Hudhur diberikan kepada setiap orang, sebagaimana moto Ahmadiyah adalah “Cinta Untuk Semua, Tiada Kebencian Kepada Siapapun” –

dalam bahasa Inggris “Love For All Hatred For None” –

dalam bahasa Arab اَلْحُبُّ لِلْجَمِيعِ لاَ بُغْضَ وَلاَ كَرْهَ –

dalam bahasa Urdu محنت سب کے لۓ، نفرت کسں سے نہيں

Khalifah kelima mengemban amanat sebagai memimpin dunia, Beliau menyampaikan pesan Islam yang damai, baik melalui media cetak maupun digital. Ahmadi di seluruh dunia berperan menyebarkan jutaan selebaran ‘Damai’ kepada Muslim maupun non-Muslim, Beliau keliling dunia berjumpa langsung dengan para Ahmadi, dengan kecintaan tinggi memerintahkan kepada para Ahmadi guna mendekatkan diri kepada Ilahi, setiap hari membaca Al-Qur’an, menjaga shalat, selalu bertakwa, hendaknya senantiasa mengirim surat kepada Beliau, mendengarkan dan mengamalkan khutbah dll, selain itu menyerukan mencintai dan membantu sesama insan. Melalu pertemuan, pidato, buku-buku dan khutbah Jum’at Beliau menyerukan perdamaian, kerukunan antar agama, pengkhidmatan kepada kemanusiaan, menciptakan persatuan, mendorong tegaknya hak asasi yang bersifat universal, masyarakat yang adil serta pemisahan antara kepentingan agama dan negara.

Tahun 2004 Beliau meluncurkan program Simposium Perdamaian Nasional yang diadakan tiap tahun. Didalam acara ini para tamu dari berbagai lapisan berkumpul untuk bertukar pikiran mewujudkan perdamaian dan kerukunan. Tiap tahunnya acaranya menarik minat para menteri, anggota parlemen, politisi, pemimpin agama dan pejabat tinggi lainnya. Tahun 2009 juga meluncurkan penghargaan tahunan ‘Ahmadiyya Muslim Prize for the Advancement of Peace’; sebuah penghargaan perdamaian internasional bagi individu atau organisasi yang telah menunjukkan komitmen dan pengabdian luar biasa demi terwujudnya perdamaian dan kemanusiaan.

وَالسَّلاَمُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى

1 comments

Tinggalkan komentar